Komunitas Penggemar Iwan Fals: Ada Oi, Oli, Ada Juga Falsmania
JIKA
dua orang bertemu di lokasi konser musik dan belum saling kenal, tapi
terikat secara emosional lantaran menyukai musik yang sama, biasanya
menyerukan, “Oi... oi....” dengan tangan mengacung ke atas.
Adegan ini kerap terjadi di lokasi konser Iwan Fals. Penonton dengan
latar belakang yang berbeda, untuk mengakrabkan diri menyerukan “Oi”.
Yang
sering melihat kejadian itu, Virgiawan Listanto atau Iwan Fals (49)
terinspirasi menggunakan seruan “Oi” sebagai nama organisasi
penggemarnya.
Iwan
pun jauh sebelumnya menyapa para fansnya dengan salam “Oi”. Oleh
penggemarnya, Oi sering dipelesetkan menjadi Orangnya Iwan, Om Iwan,
atau Orang Indonesia.
Oi
terealisasi sebagai organisasi sosial tercatat melalui Jambore pertama
pada 16 Agustus 1999 yang diadakan di kediaman Iwan Fals di
Leuwinanggung No 19, Depok.
Ditetapkanlah
AD/ART, logo Oi, lagu mars Oi, sekaligus ketua dan pengurusnya. Sebelum
membentuk Oi, lebih dulu Iwan membentuk YOI (Yayasan Orang Indonesia).
Ketua
pertama Oi perempuan bernama Krisnowati. Oi membawa misi berbuat untuk
Indonesia dengan mengedepankan 4 pilar utama: pendidikan, olahraga,
kesenian, dan perdagangan.
Kegiatan
di setiap cabang Oi di daerah sama. Yang membedakan, ada yang lebih
menekankan sisi pendidikan dan olahraga atau perdagangan yang lebih
utama.
Tahun
2003, digelar Jambore Oi II di Bumi Perkemahan dan Wisata Cibubur,
untuk memilih pengurus dan ketua Oi yang baru. Terpilih Digo sebagai
ketua Oi. Digo memimpin Oi selama dua periode.
Selama
itu banyak kegiatan yang berisi, seperti diskusi Reboan yang bertajuk
“OPINI-RI” (Obrolan dan Pikiran Tentang Negeri Ini di Rumah Iwan
Fals-red) yang dihadiri pejabat negara sekelas menteri, LSM, bahkan
pelaku industri TV.
Tahun
2010, masa jabatan Digo berakhir dan berdasarkan pemilihan berikutnya,
terbentuk pengurus dan ketua baru yaitu Sony Teguh Trilaksono. Sony
selain sebagai ketua Oi merupakan salah satu petinggi di Indosat.
Oi
berdiri di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Melihat infrastruktur
yang sudah terbangun dengan rapi dengan jumlah massa yang menggiurkan,
tak sedikit tokoh partai politik sowan ke Iwan Fals untuk membujuk Oi
ikut berpolitik.
Tapi sejak awal Iwan menegaskan, Oi bukan organisasi politik.
“Kalau
mau berpolitik jangan menggunakan Oi. Anak-anak Oi boleh berpolitik
secara pribadi tapi tidak menggunakan organisasi Oi. Saya sudah komit
tidak akan terjun ke dunia politik,” ungkap Iwan, kelahiran Jakarta 3
September 1961.
Kiprah
Oi di masyarakat barangkali lebih di bidang lingkungan. Sehubungan
dengan lagu-lagu Iwan di album Keseimbangan, di mana banyak bercerita
tentang hutan, menanam pohon, dan lingkungan hidup, fans pun jadi ikut
peduli terhadap lingkungan.
Apalagi
setiap usai konser Iawan, penonton diberi oleh-oleh bibit pohon. Tapi
bukan soal lingkungan saja. Saat bencana mengeroyok anak bangsa lewat
Wasior, Merapi, dan Mentawai, Oi pun, tanpa harus dikomando, bergerak
cepat ke lokasi bencana untuk membantu para korban. Saat tsunami
menerjang Aceh tahun 2004 silam, Oi bisa dibilang pasukan yang lebih
awal bertindak.
Bicara
komunitas Iwan Fals, sesungguhnya bukan hanya Oi. Ternyata banyak
penggemar Iwan Fals yang tak peduli mau terikat secara organisasi.
Mereka lebih suka disebut Falsmania. Yang rajin mengikuti kegiatan Oi
tapi belum tercatat sebagai anggota Oi, disebut Oli alias Oi Liar.
”Kalau
bicara fans, jumlahnya sampai jutaan. Yang tercatat memang tak sebanyak
itu tapi sudah tersebar di hampir 33 provinsi di Indonesia. Yang lebih
banyak itu, Falsmania dan Oli. Ya, saya tidak mau memaksa harus
tergabung secara resmi. Saya menghargai keputusan mereka yang memang
maunya mendengarkan lagu, menonton konsernya saja. Kalau soal
militansi, mereka yang tidak punya kartu anggota malah kadang lebih
militan,” ungkap Iwan.
Dulu
barangkali fans Iwan belum mapan. Seiring perjalanan waktu, para
penggemar Iwan yang kini telah menduduki posisi penting di instansi
masing-masing atau menjadi orang sukses bersedia menjadi sponsor untuk
konser-konser Iwan. Tak jarang Oi sendiri yang menggelar konser untuk
Iwan. Seperti yang digelar di Aceh, Sukabumi, dan lain-lain.
Hubungan
antara Iwan dan fans sangat dekat. Ada salah satu penggemar yang
membeli rumah Iwan yang berlokasi di Jalan Haji Ali, Condet. Rumah itu
dijaga kelestariannya karena memiliki sejarah yang kuat. Ada juga yang
sampai mengoleksi uban Iwan Fals. Kalau lagu-lagu Iwan Fals yang tak
beredar di pasaran, nyaris semua anak Oi, Oli, atau Falsmania punya
koleksinya.
Di
era internet ini, untuk bisa ngobrol atau chatting dengan Iwan hal yang
sangat mungkin. Apalagi Iwan telah membangun satu laman khusus untuk
para penggemarnya. Jika nasib lagi baik, bisa memergoki Iwan online.
Iwan juga bisa ditemui di Facebook atau Twitter. Tapi kalau mau lebih
puas, datang saja ke rumahnya. Sebab sehari-hari Iwan melakukan
aktivitas di sana.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar