Kamis, 27 Juni 2013

Perjalanan hidup Iwan fals

BIOGRAFI IWAN FALS
iwan fals kecilAku lahir tanggal 3 September 1961. Kata ibuku, ketika aku berumur bulanan, setiap kali mendengar suara adzan maghrib aku selalu menangis. Aku nggak tau kenapa sampai sekarang pun aku masih gambang menangis. Biar begini-begini, aku orangnya lembut dan gampang tersentuh. Sebagai contoh, menyaksikan berita di televisi yang memberitakan ada orang sukses medapatkan penghargaan atas prestasinya, aku pun bisa menangis. Melihat seorang ibu yang menunjukkan cinta kasihnya pada anaknya, juga bisa membuat aku tersentuh dan lalu menangis.
Bicara perjalanan karir musikku, dimulai ketika aku aktif ngamen di Bandung. Aku mulai ngamen ketika berumur 13 tahun. Waktu itu aku masih SMP. Aku belajar main gitar dari teman-teman nongkrongku. Kalau mereka main gitar aku suka memperhatikan. Tapi mau nanya malu. Suatu hari aku nekat memainkan gitar itu. Tapi malah senarnya putus. Aku dimarahi.
Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatanku. Kejadian itu begitu membekas dalam ingatanku.
Dulu aku pernah sekolah di Jeddah, Arab Saudi, di KBRI selama 8 bulan. Kebetulan di sana ada saudara orang tuaku yang nggak punya anak. Karena tinggal di negeri orang, aku merasakan sangat membutuhkan hiburan. Hiburan satu-satunya bagiku adalah gitar yang kubawa dari Indonesia. Saat itu ada dua lagu yang selalu aku mainkan, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya.
Waktu pulang dari Jeddah pas musim Haji. Kalau di pesawat orang-orang pada bawa air zam-zam, aku cuma menenteng gitar kesayanganku. Dalam perjalanan dalam pesawat dari Jeddah ke Indonesia, pengetahuan gitarku bertambah. Melihat ada anak kecil bawa gitar di pesawat, membuat seorang pramugari heran. Pramugari itu lalu menghampiriku dan meminjam gitarku. Tapi begitu baru akan memainkan, pramugari itu heran. Soalnya suara gitarku fals. “Kok kayak gini steman-nya?” tanyanya. Waktu itu, meski sudah bisa sedikit-sedikit aku memang belum bisa nyetem gitar. Setelah membetulkan gitarku, pramugari itu lalu mengajariku memainkan lagu Blowing in the Wind-nya Bob Dylan.
Waktu sekolah di SMP 5 Bandung aku juga punya pengalaman menarik dengan gitar. Suatu ketika, seorang guruku menanyakan apakah ada yang bisa memainkan gitar. Meski belum begitu pintar, tapi karena ada anak perempuan yang jago memainkan gitar, aku menawarkan diri. “Gengsi dong,” pikirku waktu itu. Maka jadilah aku pemain gitar di vokal grup sekolahku.
iwan fals kecil 2Kegandrunganku pada gitar terus berlanjut. Saat itu teman-teman mainku juga suka memainkan gitar. Biasanya mereka memainkan lagu-lagu Rolling Stones. Melihat teman-temanku jago main gitar, aku jadi iri sendiri. Aku ingin main gitar seperti mereka. Daripada nggak diterima di pergaulan, sementara aku nggak bisa memainkan lagu-lagu Rolling Stones, aku nekat memainkan laguku sendiri. Biar jelek-jelek, yang penting lagu ciptaanku sendiri, pikirku.
Untuk menarik perhatian teman-temanku, aku membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor, bercanda-canda, merusak lagu orang. Mulailah teman-temanku pada ketawa mendengarkan laguku.
Setelah merasa bisa bikin lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari pendengar lebih banyak. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, aku datang untuk menyanyi. Dulu manajernya Engkos, yang tukang bengkel sepeda motor. Karena kerja di bengkel yang banyak didatangi orang, dia selalu tahu kalau ada orang yang punya hajatan.
iwan fals kecil remajaDi SMP aku sudah merasakan betapa pengaruh musik begitu kuat. Mungkin karena aku nggak punya uang, nggak dikasih kendaraan dari orang tua untuk jalan-jalan, akhirnya perhatianku lebih banyak tercurah pada gitar. Sekolahku mulai nggak benar. Sering bolos, lalu pindah sekolah.
Aku merasakan gitar bisa menjawab kesepianku. Apalagi ketika sudah merasa bisa bikin lagu, dapat duit dari ngamen, mulailah aku sombong. Tetapi sesungguhnya semuanya itu kulakukan untuk mencari teman, agar diterima dalam pergaulan.
Suatu ketika ada orang datang ke Bandung dari Jakarta. Waktu itu aku baru sadar kalau ternyata lagu yang kuciptakan sudah terkenal di Jakarta. Maksudku sudah banyak anak muda yang memainkan laguku itu. Malah katanya ada yang mengakui lagu ciptaanku.
Sebelum orang Jakarta yang punya kenalan produser itu datang ke Bandung, aku sebetulnya sudah pernah rekaman di Radio 8 EH. Aku bikin lagu lalu diputar di radio itu. Tapi radio itu kemudian dibredel.
iwan fals jadulSetelah kedatangan orang Jakarta itu, atas anjuran teman-temanku, aku pergi ke Jakarta. Waktu itu aku masih sekolah di SMAK BPK Bandung.
Sebelum ke Jakarta aku menjual sepeda motorku untuk membuat master.
Aku tidak sendirian. Aku bersama teman-teman dari Bandung: Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul.
Kami lalu rekaman. Ternyata kasetnya tidak laku. Ya, sudah, aku ngamen lagi, kadang-kadang ikut festival. Setelah dapat juara di festival musik country , aku ikut festival lagu humor. Kebetulan dapat nomor. Oleh Arwah Setiawan (almarhum) lagu-lagu humorku lalu direkam, diproduseri Handoko. Nama perusahaannya ABC Records. Aku rekaman ramai-ramai, sama Pepeng (kini pembawa acara kuis Jari-jari, jadi MC, dll), Krisna, dan Nana Krip.
Tapi rekaman ini pun tak begitu sukses.
Tetap minoritas. Hanya dikonsumsi kalangan tertentu saja, seperti anak-anak muda.
Akhirnya aku rekaman di Musica Studio.
Sebelum ke Musica, aku sudah rekaman sekitar 4 sampai 5 album. Setelah rekaman di Musica itu, musikku mulai digarap lebih serius.
Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani Willy Soemantri. (dikutip dari iwanfals.co.id)
profilNama asli: Virgiawan Listanto
Nama populer: Iwan Fals
Nama panggilan: Tanto
Tempat tgl. lahir: Jakarta, 3 September 1961
Alamat sekarang: Jl. Desa Leuwinanggung No. 19 Cimanggis,
Bogor Jawa Barat – Indonesia
Pendidikan:
SMP 5 Bandung,
SMAK BPK Bandung,
STP (Sekolah Tinggi Publisistik, sekarang IISIP),
Institut Kesenian Jakarta (IKJ)
Orang tua: Lies (ibu), alm. Sutopo (ayah)
Isteri: Rosanna (Mbak Yos)
Anak:
Galang Rambu Anarki (almarhum)
Anissa Cikal Rambu Basae
Rayya Rambu Robbani
Hobi: sepakbola, karate

fals mania

Komunitas Penggemar Iwan Fals: Ada Oi, Oli, Ada Juga Falsmania


oi-1
JIKA dua orang bertemu di lokasi konser musik dan belum saling kenal, tapi terikat secara emosional lantaran menyukai musik yang sama, biasanya menyerukan, “Oi... oi....” dengan tangan mengacung ke atas.
Adegan  ini kerap terjadi di lokasi konser Iwan Fals. Penonton dengan latar belakang yang berbeda, untuk mengakrabkan diri menyerukan “Oi”.
Yang sering melihat kejadian itu, Virgiawan Listanto atau Iwan Fals (49) terinspirasi  menggunakan seruan “Oi” sebagai nama organisasi penggemarnya.
Iwan pun jauh sebelumnya menyapa para fansnya dengan salam “Oi”. Oleh penggemarnya, Oi sering dipelesetkan menjadi Orangnya Iwan, Om Iwan, atau Orang Indonesia.
Oi terealisasi sebagai organisasi sosial tercatat melalui Jambore pertama pada 16 Agustus 1999 yang diadakan di kediaman Iwan Fals di Leuwinanggung No 19, Depok.
Ditetapkanlah AD/ART, logo Oi, lagu mars Oi, sekaligus ketua dan pengurusnya. Sebelum membentuk Oi, lebih dulu Iwan membentuk YOI (Yayasan Orang Indonesia).
Ketua pertama Oi perempuan bernama Krisnowati. Oi membawa misi berbuat untuk Indonesia dengan mengedepankan 4 pilar utama: pendidikan, olahraga, kesenian, dan perdagangan.
Kegiatan di setiap cabang Oi di daerah sama. Yang membedakan, ada yang lebih menekankan sisi pendidikan dan olahraga atau perdagangan yang lebih utama.  
Tahun 2003, digelar Jambore Oi II di Bumi Perkemahan dan Wisata Cibubur, untuk memilih pengurus dan ketua Oi yang baru. Terpilih Digo sebagai ketua Oi. Digo memimpin Oi selama dua periode.
Selama itu banyak kegiatan yang berisi, seperti diskusi Reboan yang bertajuk “OPINI-RI” (Obrolan dan Pikiran Tentang Negeri Ini di Rumah Iwan Fals-red) yang dihadiri pejabat  negara sekelas menteri, LSM, bahkan pelaku industri TV.
Tahun 2010, masa jabatan Digo berakhir dan berdasarkan pemilihan berikutnya, terbentuk  pengurus dan ketua baru yaitu  Sony Teguh Trilaksono. Sony selain sebagai ketua Oi merupakan salah satu petinggi di Indosat.  
Oi berdiri di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Melihat infrastruktur yang sudah terbangun dengan rapi dengan jumlah massa yang menggiurkan, tak sedikit tokoh partai politik sowan ke Iwan Fals untuk membujuk Oi ikut berpolitik.
Tapi sejak awal Iwan menegaskan, Oi bukan organisasi politik.
“Kalau mau berpolitik jangan menggunakan Oi. Anak-anak Oi boleh berpolitik secara pribadi tapi tidak menggunakan organisasi Oi. Saya  sudah komit tidak akan terjun ke dunia politik,” ungkap Iwan, kelahiran Jakarta 3 September 1961.
Kiprah Oi di masyarakat barangkali lebih di bidang lingkungan. Sehubungan dengan lagu-lagu Iwan di album Keseimbangan, di mana banyak bercerita tentang hutan, menanam pohon, dan lingkungan hidup, fans pun jadi ikut peduli terhadap lingkungan.
Apalagi setiap usai konser Iawan, penonton diberi oleh-oleh bibit pohon. Tapi bukan soal lingkungan saja. Saat bencana mengeroyok anak bangsa lewat Wasior, Merapi, dan Mentawai, Oi pun, tanpa harus dikomando, bergerak cepat ke lokasi bencana untuk membantu para korban. Saat tsunami menerjang Aceh tahun 2004 silam, Oi bisa dibilang pasukan yang lebih awal bertindak.
Bicara komunitas Iwan Fals, sesungguhnya bukan hanya Oi. Ternyata  banyak penggemar Iwan Fals yang tak peduli mau terikat secara organisasi. Mereka lebih suka disebut Falsmania. Yang rajin mengikuti kegiatan Oi tapi belum tercatat sebagai anggota Oi, disebut Oli alias Oi Liar.
”Kalau bicara fans, jumlahnya sampai jutaan. Yang tercatat memang tak sebanyak itu tapi sudah tersebar di hampir 33 provinsi di Indonesia. Yang lebih banyak itu, Falsmania dan Oli. Ya, saya tidak mau  memaksa harus tergabung secara  resmi. Saya menghargai keputusan mereka yang memang maunya mendengarkan lagu, menonton konsernya saja. Kalau soal militansi, mereka yang tidak punya kartu anggota malah kadang lebih militan,” ungkap Iwan.
Dulu barangkali fans Iwan belum mapan. Seiring perjalanan waktu, para penggemar Iwan yang kini telah menduduki posisi penting di instansi masing-masing atau menjadi orang sukses bersedia menjadi sponsor untuk konser-konser Iwan. Tak jarang Oi sendiri yang menggelar konser untuk Iwan. Seperti yang digelar di Aceh, Sukabumi, dan lain-lain.
Hubungan antara Iwan dan fans sangat dekat. Ada salah satu penggemar yang membeli rumah Iwan yang berlokasi di Jalan Haji Ali, Condet. Rumah itu dijaga kelestariannya karena memiliki sejarah yang kuat. Ada juga yang sampai mengoleksi uban Iwan Fals. Kalau lagu-lagu Iwan Fals yang tak beredar di pasaran, nyaris semua anak Oi, Oli, atau Falsmania punya koleksinya.
Di era internet ini, untuk bisa ngobrol atau chatting dengan Iwan hal yang sangat mungkin. Apalagi Iwan telah membangun satu laman khusus untuk para penggemarnya. Jika nasib lagi baik, bisa memergoki  Iwan online. Iwan juga bisa  ditemui di Facebook atau Twitter. Tapi kalau mau lebih puas, datang saja ke rumahnya. Sebab sehari-hari Iwan melakukan aktivitas di sana.

Oi, komunitas massa

Oi, Komunitas Massa 'Penggila' Iwan Fals

Menamakan diri Oi, komunitas massa ini menjadi kekuatan yang diperhitungkan. Tak hanya sebagai pecinta Iwan Fals, mereka pun menjadi 'incaran' partai politik...
Iwan Fals/ Foto-foto: IstimewaIwan Fals/ Foto-foto: Istimewa
Sudah menjadi pemandangan lazim, jika ada seorang artis mempunyai fans. Bak dua sisi mata uang, mereka selalu menempel dan tak bisa terpisahkan. Bagi sang artis, dirinya tidak akan bisa populer tanpa adanya fans, sedangkan untuk fans merupakan suatu kehormatan bagi mereka jika bisa berkenalan atau pun dekat dengan artis pujaan mereka.
Sama halnya seperti Oi, komunitas penggemar musisi Iwan Fals ini memang dikenal begitu loyal dengan Iwan Fals. Dimana Iwan mengadakan konser di situ pasti ada anak-anak Oi, yang selalu setia memberikan dukungan.         
Oi sendiri berdiri melalui jambore pertama pada 16 Agustus 1999, yang diadakan di kediaman Iwan Fals di Jl Leuwinanggung No.19, Bogor. Saat itu, hadir 300 perwakilan fans Iwan Fals dari seluruh Indonesia dalam jambore tersebut. Iwan Fals sebagai artis yang diidolakan, memberikan 3 opsi kepada fansnya untuk memilih mau menjadi organisasi massa, menjadi partai politik atau menjadi fans club.     
Al Hafidz, Ketua I Badan Pengurus Pusat OiAl Hafidz, Ketua I Badan Pengurus Pusat Oi“Setelah berembuk, kita memilih untuk menjadi organisasi massa. Karena kita anggap dengan menjadi organisasi massa, kita bisa bermanfaat untuk masyarakat luas,” kata Al Hafiz Rana, Ketua I Badan Pengurus Pusat Oi.   
Menurut Hafidz, sebenarnya kata 'Oi' sendiri tidak memiliki arti, kata itu sering digunakan oleh Iwan Fals untuk menyapa para fansnya ketika di atas panggung. Lambat laun, kata itu pun diplesetkan oleh penggemarnya menjadi 'Orangnya Iwan', 'Om Iwan' atau 'Orang Indonesia'.     
Saat ini, Oi telah memiliki member sebanyak 350 ribu anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. Belum termasuk jumlah fans yang belum bergabung di Oi. Mereka disebut fals mania, jumlah mereka pun cukup banyak, yakni sekitar 5 sampai 6 juta orang.
”Angka tersebut kita dapat dari rata-rata jumlah penggemar fals mania yang datang di setiap acara konser Iwan Fals,” ujar Hafiz.      
Melihat infrastruktur yang sudah terbangun dengan rapi dan jumlah massa yang menggiurkan, tak sedikit tokoh partai politik 'sowan' ke Iwan Fals untuk membujuk Oi ikut berpolitik.
Menanggapai hal ini, Hafidz sendiri mengaku pihaknya sebenarnya mau-mau saja jika Oi di jadikan partai politik. Namun, dia mengatakan, sebaiknya sebelum Oi dijadikan parpol terlebih dahulu merapihkan organisasinya. Terutama, agar siap secara mental atau pun struktural. 
Berkaitan dengan kegiatan, saat ini Oi memiliki beragam kegiatan yang menarik. Mereka memiliki program kegiatan yang diberi nama “SOPAN” yakni Seni, Olahraga, Pendidikan, Ahlak dan Niaga.
Logo OiLogo OiUntuk kegiatan yang berkaitan dengan Seni, setiap wilayah komunitas Oi diwajibkan untuk membuat wadah atau kegiatan yang berkaitan dengan seni. Seperti acara live music, belajar bermain musik ataupun teater.
Dalam bidang olahraga, komunitas ini pun secara rutin mengadakan kegiatan pertandingan futsal. Baik per wilayah atau antar wilayah. “Biasanya setiap 3 tahun sekali kita mengadakan pertandingan futsal yang melibatkan seluruh wilayah Oi se-Indonesia,” kata Hafiz.
Dalam hal Pendidikan, setiap Oi per wilayah juga diwajibkan untuk membuat suatu kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan seperti belajar bersama, atau pun mengadakan workshop. Nah, kalau di bidang Ahlak, setiap Oi di wilayah juga diwajibkan mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan moral, seperti mengaji bersama.
Untuk urusan Niaga, komunitas ini melatih diri untuk menjadi enterpreneur yang baik. Semisal, menjual beragam merchandise, seperti t-shirt, topi, tas dan lain-lain. “Dengan adanya kegiatan ini, kita dapat dilatih untuk mandiri dan memiliki kemampuan,” jelas Hafiz.

Menepis stigma negatif
Banyak anggapan yang bermunculan, jika Oi sering terlibat aksi kekerasan dalam setiap konser Iwan Fals. Menanggapi hal ini, Hafiz mengatakan secara tegas, bahwa itu bukanlah anggota Oi. Karena, setiap anggota Oi sudah pasti akan didata dan dibina sehingga tidak akan terlibat dalam setiap tindakan kekerasan.     
Hafiz mengatakan, biasanya yang melakukan aksi kekerasan tersebut adalah fans liar Iwan Fals atau yang biasa disebut sebagai fals mania. Mereka adalah orang-orang yang hanya ingin mendengarkan lagu dan menonton konsernya saja, tanpa harus terikat dengan organisasi.
“Saat ini, hal tersebut memang merupakan ‘PR’ besar kami untuk bisa merangkul dan membina fals mania. Sehingga tidak membuat citra penggemar Iwan Fals buruk di mata publik,” tandas Hafiz meyakinkan.

sejarah logo OI

Logo dan bendera Oi telah menjadi magis. Tak hanya dalam konser Iwan Fals, bahkan bendera Oi seringkali berkibar-kibar dengan perkasa di saat konser penyanyi lain. Logo Oi sudah menjadi identitas bagi mereka yang mencintai karya-karya Iwan Fals, juga bagi mereka yang menjadikan kesenian sebagai salah satu sarana untuk memaknai kehidupan, untuk menemukan makna kehidupan.
Logo Oi memiliki format standar. Dalam beberapa kesempatan sering ditemui logo Oi yang tidak standar. Format standar logo Oi dapat diklik pada gambar logo Oi untuk memperbesar.
Lantas bagaimana sejarah logo Oi hingga tercipta? Siapa sebenarnya pembuatnya? Berikut paparannya.

SEJARAH LOGO Oi
Lomba Desain Logo Oi yang diselenggarakan oleh Yayasan Orang Indonesia (YOI) diikuti ratusan peserta Silaturahmi Nasional Oi 1999 di Desa Leuwinanggung No 19, Cimanggis, Depok, Jawa Barat (Kediaman Iwan Fals) pada hari Minggu (15/8/1999) dan Senin (16/8/1999). Setiap peserta maksimal membawa 2 buah karya logo Oi.
Dalam Lomba Desain Logo Oi terpilih 2 Logo Oi karya HiO Ariyanto dari Oi Bento House Solo sebagai Juara I dan II. Penentuan pemenang Lomba Logo Oi sebagai Juara I dan II ditentukan oleh para peserta Peserta Silaturahmi Nasional Oi 1999 melalui polling dan pemilihan oleh semua peserta Silaturahmi Nasional Oi 1999.
Logo Oi karya HiO Ariyanto yang mendapat Juara I, mulai 16 Agustus 1999 (bertepatan dengan Hari Jadi Oi) dipergunakan sebagai logo resmi Organisasi Penggemar Iwan Fals atau biasa disebut Oi. Selain itu, dalam Silaturahmi Nasional Oi 1999 Lagu “Oi” karya Digo Dzulkifli dari Oi Bandung terpilih sebagai Pemenang Lomba Cipta Lagu Mars Oi. Dan ditetapkan sebagai Lagu Mars Oi.
PROFIL SINGKAT PENCIPTA LOGO Oi

  • Nama : Is Ariyanto
  • Panggilan : HiO Ariyanto
  • Pekerjaan : Staff Redaksi Harian Umum SOLOPOS
  • Alamat : Kartotiyasan RT 04/4, Jalan Manduro III, Gang: Merdeka, Kratonan, Serengan, Solo 57153
  • Email : oibentohouse@yahoo.com: oibentohouse@gmail.com
Sampai saat ini aktif sebagai: Ketua Oi Bento House, Manager Oi Bento House Band, Ketua Solo Kartunis (Sloki)

PERJALANAN SANG PENCIPTA LOGO Oi :
  • 1997, Karya Kartun Terbaik Lomba Kartun MDS Beteng Solo
  • 1999, Juara I & II Desain Logo Oi
  • 1999, Pelopor berjualan kaos & merchandiser Iwan Fals & Oi
  • 2000, Juara I Lomba Karikatur Jambore Nasional Oi di Cibubur
  • 2003, Rekor Republik Aeng-Aeng: untuk Kategori Pelopor Kartun 3 Dimensi di Solo
  • 2003, Juara Favorit “Sensasi Biru Indonesia” (Launching Rokok Bentoel Biru) di Solo Bersama Tim Oi Bento House
  • 2004, Rekor Republik Aeng-Aeng: Konser Musik Parade Band Oi dari jam 10.00 Pagi-10.00 Malam (14 band membawa lagu-lagu Iwan Fals yang berbeda sebanyak 75 lagu)
  • 2004, Juara I & II Desain Logo Ikatan Karyawan sebuah toko retail terbesar di Solo
  • 2005, Kartun karakter “Si Thole” dipakai sebagai maskot Lomba Balita & Anak Balita SOLOPOS. [redaksi] ***

Iwan Fals, Sang Legenda Musik Indonesia


Biografi Iwan Fals


Nama Lengkap: Virgiawan Listanto
Nama Populer: Iwan Fals
Tanggal Lahir: 3 September 1961
Tempat Lahir: Jakarta,  Indonesia
Pekerjaan: Penyanyi, Penulis lagu, Musisi, Produsen
Genre: balada dan country
Instrumen: Vokal, Gitar
 
Sosok Iwan Fals, selalu mengundang perhatian banyak orang. Dengan pasukan OI dan falsmania yang tersebar di seluruh pelosok negeri, Iwan Fals punya nilai jual tersendiri. Di setiap stasiun televisi, bila mengundang Iwan Fals menyanyi dalam satu acara, walau hanya menyanyi 2 lagu, tapi promosi akan kehadiran Iwan Fals dalam acara itu, terus dikabarkan tiap jeda iklan. Dan nanti di acara tersebut, sering kali Iwan Fals tampil diakhir acara dan iklan-iklan pun terus berhamburan menjelang Sang Legenda menyanyi.
Namun walaupun demikian, Iwan Fals sangat menjaga frekuensi tampil di televisi, benar-benar menjadi hal yang langka, terutama sesudah Acara Iwan Fals yang sempat hadir tiap minggu di Trans TV. Hal ini membuat Iwan Fals selalu dinanti dan dirindukan para penggemarnya.
Iwan Fals pun pernah dinobatkan menjadi salah satu pahlawan Asia oleh Majalah Times, karena pengaruhnya dan perjuangannya dalam menyuarakan suara hati rakyat kecil.
Pertama kali saya hapal lagu Iwan Fals adalah lagu SUNATAN MASSAL. Saat itu saya masih SD, kemudian saya semakin sering mendengar lagu-lagu Iwan Fals yang sarat akan kritik. Dan hapal hampir semua lagunya, setelah SMP disaat semakin mengerti akan makna dari lagu-lagu, saya semakin menyukainya.
Sampai akhirnya saya punya kesempatan untuk menonton konsernya pertama kali, saat saya kuliah di Semarang tahun 1995. Waktu Iwan Fals masih gondrong dan berkumis. Menonton konser Iwan Fals, ternyata demikian luarbiasa buat saya, dimana banya sekali penonton yang berpenampilan seperti Iwan Fals dengan rambut gondrong dan kumisnya, saya serasa dikelilingi oleh banyak Iwan Fals. Saya masih ingat saat itu harga tiketnya masih Rp. 3.500,00 dan dapat sebungkus rokok. Begitu Iwan Fals tampil menyanyi, sungguh saya merasakan euforia yang luarbiasa.
Konser selanjutnya yang saya tonton adalah konser besar Iwan Fals di Yogyakarta pada tahun 1999 setelah vakum sejak kepergian Galang Rambu Anarki yang berpulang pada tahun 1997. Konser itu luarbiasa besar dan yang datang pun menurut koran setempat hampir 10.000 penonton. Mungkin karena Iwan Fals, sudah lama tidak tampil, sehingga penggemarnya merindukan konser. Saat itu, Iwan Fals mencukur habis rambutnya dan bersih dari kumis. Iwan Fals terlihat fresh dan seperti sudah bangkit kembali. Konser tersebut demikian berkesan, karena banyak lagu Iwan Fals yang belum rilis tapi sudah dinyanyikan.
Sesudah konser jam 12.00 malam, banyak penggemar Iwan Fals tidur atau sekedar nongkrong di Malioboro menunggu pagi. Dan ternyata, mereka datang dari luarkota seperti Lampung, Kalimantan, Bandung, Bogor, Jakarta bahkan ada yang dari Makasar. Tak sebanding dengan saya yang hanya datang dari Semarang.
Dulu saya sempat ikut millis nya Iwan Fals, dan saya baru tau bahwa banyak pengemarnya yang memang selalu berusaha hadir di tiap konsernya walaupun itu jauh di luarkota. Saya pun menyadari, bahwa saya belum apa-apa menjadi penggemar Iwan Fals dibandingkan mereka.
Begitu besarnya pengaruh seorang Iwan Fals bagi banyak orang. Bahkan generasi muda yang sekarang, yang mungkin mengenal Iwan Fals hanya 15 tahun terakhir, bisa menjadikan dia inspirasi dalam banyak hal. Saya juga pernah nonton konser Iwan Fals di PRJ rutin dalam beberapa tahun terakhir, itu yang hadir banyak juga remaja-remaja. Dan mereka pun hapal lagu-lagunya.
Iwan Fals sudah berkarya selama 4 dekade, dan sudah melalui 2 atau 3 generasi. Sulit menemukan figur pengganti seperti Iwan Fals yang punya kepedulian terhadap rakyat kecil dan lingkungan, serta yang paling utama sulit menemukan orang yang memiliki kharisma.
Jejak-jejak yang ditinggalkan Iwan Fals pada banyak orang di negeri ini luarbiasa dan membuat kita optimis bahwa masih banyak orang yang peduli pada bangsa ini. Dan langkah-langkah itu pun masih terus singgah di hati banyak orang hingga saat ini.
Selamat Hari Musik Nasional kepada semua seniman musik tanah air, semoga tetap terus berkarya yang dapat membanggakan nama Indonesia. Special untuk Iwan Fals, semoga terus melahirkan karya untuk kemajuan bangsa ini dan terus menjadi inspirasi, semoga panjang umur dan bahagia selalu. Amiiin.
Salam Oi

Rabu, 26 Juni 2013

Biografi Iwan fals

Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir 3 September 1961 di Jakarta) adalah seorang penyanyi beraliran balada yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia. Lewat lagu-lagunya, Iwan menggambarkan suasana sosial kehidupan Indonesia (terutama Jakarta) di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti lagu Wakil Rakyat dan Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya lagu Siang Seberang Istana dan Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti lagu Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya.


Lewat lagu-lagunya, ia memotret kehidupan dan sosial-budaya di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya tetapi juga sejumlah pencipta lain.

Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.

Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar di seluruh Nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktifitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang Oi dapat ditemui setiap penjuru Nusantara dan beberapa bahkan sampai ke mancanegara.

Perjalanan Hidup
Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalama paduan suara sekolah.



Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul. Tapi album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen.

Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC Records. Tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh
--> kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri.

Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Waktu siaran acara Manasuka Siaran Niaga di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.

Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya yang kritis.

Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karir Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang di dukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.

Keluarga
Iwan lahir di Jakarta pada 3 September 1961 dari pasangan Haryoso (ayah)(almarhum) dan Lies (ibu). Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Robbani.

Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trade mark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya.

Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini , yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1981 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1981).

Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991.

Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktifitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung Bogor Jawa Barat sekitar satu jam perjalanan dari Jakarta. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.

Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang di dalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.

Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang dinamakan Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan sebutan Oi. Yayasan ini mewadahi aktifitas para penggemar Iwan Fals.